Kehidupan awal pernikahan kami tidak selamanya mulus atau hanya ada senang-senang saja. Ada juga pengalaman duka yang harus kami lewati agar kami semakin kuat. Ya, saya harus kehilangan janin pertama saya, karena tidak ada perkembangan kehidupan pada dirinya. Terpaksa saya harus kuret.
Usia pernikahan kami saat itu menginjak bulan ketiga dan janin juga berusia tiga bulan kurang. Setelah menikah, alhamdulillah kami langsung dikaruniai buah cinta. Namun, dia tak kunjung menunjukkan adanya perkembangan positif dan beberapa dokter di Yogyakarta yang kami temui menyarankan untuk segera dikuret.
Awalnya janin berkembang dengan baik, hingga saat tujuh minggu detak jantung bayi belum terdengar di USG. Ya Allah apa ini,..
Kami disarankan untuk kembali dua minggu lagi untuk observasi. Selama dua minggu saya benar-benar menjaga pola makan saya. Karena diprediksi janin berhenti berkembang karena makanan saya. Saya mulai menghindari steak pinggir jalan, sate "gosong", pepaya muda, seafood (kerang terutama). Di sini saya mulai menyalahkan diri saya sendiri, "andai saya...andai saya tidak begini". Tapi suami saya terus menguatkan bahwa jika memang dia akan menjadi rezeki kita, maka dia akan kembali. Ah legaa..
Dua minggu terasa begitu lama, kami tak sabar untuk menemui dokter kandungan langganan. Cemas memang, tapi saya sudah tau harus berbuat apa saat ini. Positif atau negatif harus kami terima. Benar saja, saat dokter mulai mengarahkan perangkat penunjang USG nya, masih belum ditemukan detak jantung si janin. Bahkan ukurannya semakin kecil dari usia kandungan seharusnya. Patah hatiku saat itu.
Dokter langsung menyarankan untuk kuret minggu itu juga. Namun saya menolak. Saya masih ingin menunggu hingga 11 minggu, apapun hasilnya akan saya terima. Karena bisa jadi mesinpun bisa salah bukan?.
Saya juga mencoba untuk mencari alternatif dokter lain. Namun hasilnya juga sama. Ada dua pilihan yang ditawarkan, mau menunggu keluar sendiri atau dikuret?. Jika menunggu keluar sendiri, rasa sakitnya akan semakin terasa, dan jika belum bersih maka tetap akan dikuret. Mengingat usia kandungan saya akan menginjak tiga bulan, resiko jika tidak segera diambil akan semakin besar katanya. Jadi keesokan harinya saya harus mengurus persiapan kuret termasuk BPJS.
Beruntung kuret saya ini disupport sepenuhnya oleh BPJS. Namun walaupun begitu, saya ndak mau lagi dikuret lah. Saya mau hamil selanjutnya sehat sehat semuanya. Amin.
Selesai kuret, saya tidak diperkenankan hamil kembali selama tiga bulan. Selama itu juga harus rutin minum asam folat dan penambah darah. Ini untuk mempersiapkan kehamilan berikutnya, agar hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Puji syukur, tiga bulan paska kuret saya kembali mendapatkan amanat untuk menjaga janin di rahim saya ini. "Oke, kali ini harus lebih hati-hati ya".
Mau tau proses kuret? Baca di Apa Saja Tahapan Kuret? Simak Curhatan Saya Di Sini!
Janin Tidak Berkembang, Harus Kuret
Reviewed by Bella Ens
on
15.16
Rating:
Tidak ada komentar: