Bulan Januari lalu, saya berkesempatan mengunjungi Jepang untuk tour. Bagi ibu menyusui, tour di Jepang selama sepuluh hari membuat dilema yang mendalam. Pasalnya, saya harus tetap menjadi pejuang asi dan menjaga supply asi agar tidak habis!
Memang asi bisa habis? Ternyata bisa lho. Asi diproduksi berdasarkan supply on demand. Dan demand terbesar dihasilkan oleh hisapan bayi. Nah, gimana dong kalau selama sepuluh hari tanpa bayi? Caranya adalah dengan mengatur jadwal pompa dan mengosongkan payudara dengan tepat.
Dari Indonesia, saya sudah mempersiapkan pompa asi manual. Karena manual lebih praktis untuk dibawa-bawa dan tidak membutuhkan perintilan yang cukup banyak. Tapi saya sedikit menyesal karena tidak membawa versi elektrinya Spectra Double Pump 9+ tercinta. Saya perlu tenaga ekstra keras untuk mengosongkan PD, karena biasanya menggunakan versi elektrik.
Perjalanan pejuang asi dimulai dengan membuat jadwal pompa pukul 6.00 pagi, 10.00 siang, 13.00, 17.00, 21.00, 1.00 dini hari. Awalnya jadwal ini pasti dan harus dilakukan, eh lama kelamaan jadwal berubah karena menyesuaikan jam saat tour berlangsung.
Nursery Room - Bandara Haneda, Tokyo |
Pertama kali saya mulai memompa sebelum terbang dari Jogja ke Jakarta. Tepatnya di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Sesampainya di Jakarta, kira-kira masih pukul 21:00 saya pumping sebentar. Penerbangan dari Jakarta ke Tokyo memakan waktu selama tujuh jam, lalu bagaimana pumping di penerbangan?
Saat penerbangan saya juga memanfaatkan waktu untuk pumping. Pumping di pesawat tidak semudah yang saya bayangkan, apalagi pompanya di toilet. Hehe. Tidak ada pilihan tempat lainnya, jadi toilet pesawat jawabannya. Setiap pumping saya menjadwalkan 10 - 20 menit (bergantung situasi dan kondisi). Oke menjadi pejuang asi ini benar-benar harus diacungi jempol!
Nursery Room - Bandara Hakodate |
Sesampainya di Jepang dan bergabung dengan rombongan tour, saya sudah meminta waktu sesuai jadwal untuk melakukan aktifitas pumping. Mereka dengan senang hati memberikan waktu sekitar 15 menit sesuai jadwal saya, lho! Ternyata mereka sangat menghargai busui. Bahkan saat jam pumping dan saya tidak beranjak ke toilet, mereka selalu mengingatkan.Terharu .....
Nursery Room - Hayabusa Shinkansen |
Di tempat tour manapun, saya selalu menepati janji untuk pumping. Tak terkecuali pumping di shinkansen. Ya, saya sudah berpengalaman pumping di pesawat, so di keretapun saya bisa!
Jadwal pumping setiap harinya sudah bisa teratasi, hanya saja jadwal pumping saat malam hari yang sering terlewat. Meski begitu, saya harus bekerja ekstra keras untuk menguras asi di pagi harinya. Jangan lupa makan-makanan yang bergizi, minum air putih yang cukup, dan jangan stres!
Oh iya, asi yang terkumpul ini langsung saya buang. Tidak saya simpan di kantong asi atau botol kaca. Karena tidak diperkenankan membawa cairan lebih dari 100 ml di dalam pesawat. Dan saya juga tidak berjaga-jaga membawa tas asi.
Sedih memang, asi-asi ini harus dibuang. Tapi demi produksi asi tetap lancar, mau tak mau kamu harus tetap mengikuti jadwal! Sepuluh hari menjaga supply asi memang melelahkan, tapi ini kan sudah jadi tanggung jawab ibu?
Benar saja, sesampainya di Yogya dan bertemu bayi. Nampaknya dia rindu asinya. Dan syukur alhamdulillah, asi masih lancar dan bayi sumringah menemukan fresh asinya lagi. Oh iya, banyak juga bayi yang setelah ditinggal pergi lama ibunya, dia tidak mau menyusu langsung lagi. Kalau soal ini, saya belum tau tips mengatasinya. Karena beda bayi beda pola menyusunya ya!
Cerita Pejuang Asi Selama Di Jepang - Tips Agar Asi Tidak Habis!
Reviewed by Bella Ens
on
12.39
Rating:
Tidak ada komentar: